Yup...
Sujiwo Tejo!!! Siapa sih yang nggak kenal sama beliau? Sosok yang dikenal
sebagai Budayawan, Dalang, Penyanyi, Aktor, Penulis, Sutradara, dan lain
sebagainya ini bisa dibilang nyentrik dalam segi penampilan (fashion) dan
pemikiran. Menurut aku pribadi sih beliau ini memikirkan apa yang belum sempat
atau malah tidak akan sempat dipikirkan oleh orang lain. Dan kesan pertama kali
mengenal sosok beliau *eh bukan kenal ding, lebih tepatnya sih tahu... itu pun
dari tivi, belum pernah ketemu langsung* itu seperti orang gila *dengan matanya
yang belo dan rambut gondrongnya*, tapi lagi-lagi aku teringat dengan nasehat
guruku SMP dulu “Jangan mejudge orang dari segi penampilannya” dan ternyata
benar. Setelah aku menyelami lebih dalam sosok ini via twitternya di
@sudjiwotedjo aku langsung tertegun dengan twit-twitnya. Tapi kali ini aku
tidak akan membahas tentang hal yang mainstream dari mantan wartawan Kompas
ini, seperti biografi atau semacamnya, melainkan tentang Romantisme dan Pemikiran ala
Mbah Jiwo ini via #TaliJiwo yang mungkin bisa membuat kita geleng-geleng,
mengangguk-anggukkan kepala, pusing, tertawa, bahkan meneteskan air mata.
Monggo.....
1.
Tahukah kau manusia paling tak
berperasaan di muka bumi? Dia yang jauh dari Kekasih saat hujan tapi tak ia
tulis satupun puisi. #TaliJiwo
2.
Maka siluetkanlah tubuhmu berlatar
senja, karena tak sanggup kulihat air matamu, Kekasih... #TaliJiwo
3.
Kita ini kuda, Kekasih. Ekornya di
rambutmu yang sorgawi. Ringkiknya pada ubun-ubun puncak malamku. #TaliJiwo
4.
O... Kekasih, kesedihan ini
ternyata lebih menyedihkan dari ranggas cemara Desember. #TaliJiwo
5.
Kekasih, kupanggili kau di padang
savana senja itu, kuteriakkan, agar namamu lebih luas dari kesepianku.
#TaliJiwo
6.
Kenapa aku suka senja? Karena
negeri ini kebanyakan pagi, kekurangan senja, kebanyakan gairah, kurang
peerenungan. #TaliJiwo
7.
Rahwana: Tuhan, jika cintaku pada
Sinta terlarang, kenapa Kau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku? #TaliJiwo
8.
Tak ada lagi air mata yang dapat
kau timba, Kekasih... Karena sungguh rinduku padamu kini telah menyumur tanpa
dasar. #TaliJiwo
9.
Kadang dangkal kadang janggal,
jengkal-jengkal jelajah kaki-kaki kami kakikan, dekat degub, detak denyut debar
desir di nadiku... #TaliJiwo
10.
Semesta semesranya, seraya bertabur
sapa, seraya bertabur suka, serayakan nestapa... #TaliJiwo
11.
Jangan lebih lama lagi kau pandangi
senja dan camar-camar, Kekasih. Karena kemanapun kau berpaling kau akan tetap
melihat air mataku. #TaliJiwo
12.
Kekasih, bagaimana dapat kita
satukan tawa sebelum kamu adalah bagian yang sah dari tangisku. #TaliJiwo
13.
Berpasangan ternyata agar air mata kita beranak-pinak, Kekasih...
#TaliJiwo
14.
Mengapa tisu bermanfaat? Karena
cina tak pernah kemarau, Kekasih... #TaliJiwo
15.
Benci dan dendam bisa dikubur ,
Kekasih... selesai, tapi cinta tetap gentayangan. #TaliJiwo
16.
Batu karang yang kau hempas
gelombangmu saban hari itu bukan pertapa, Kekasih. Itulah aku yang tampak tapi
tak sirna. #TaliJiwo
17.
C-I-N-T-A adalah huruf-huruf yang
tak didikat oleh cincin, Kekasih, hanya terangkai oleh nafas. #TaliJiwo
18.
Aksarakan dirimu menjadi C-I-N-T-A,
Kekasih, menjadi suar bagi pengembaraanku yang remang-remang. #TaliJiwo
19.
Deras tapi tak curah, Kekasih,
gempar tanpa suara, saat kau buaskan aku di suaka cinta. #TaliJiwo
20.
Sepi meberangus senyapmu Kekasih,
sementara di sajadahku doa-doa bersampulkan rindu bertulikan namamu. #TaliJiwo
21.
Sedekat sunyi pada sepi di nadiku,
Kekasih, nasib kudekap dalam canda. #TaliJiwo
22.
Biar aku di sini, tenang dan bersabda
kepada sang Kekasih,yang jauh dari harapan. #TaliJiwo
23.
Pesawat ini hanya akan menerbangkan
raga, Kekasih, senyumku masih rekah bunga di pekaranganmu. #TaliJiwo
24.
Kenapa jancuk tak berwarna,
Kekasih, karena sari pati jancuk tak lain air matamu. #TaliJiwo
25.
Aku dapat tak menangis kala kau
sakiti, Kekasih, sungguh, tapi tidak payungku. #TaliJiwo
26.
Dari sajadahku ke ranjangmu,
Kekasih, menjulur suatu nasib, yang menggaris dan menggores. #TaliJiwo
27.
Nanti malam, besuk, lusa dan
seterusnya adalah tahun baru. Bagi yang sedang jatuh cinta setiap hari adalah
perayaan. #TaliJiwo
28.
Senja itu kereta jingga yang
gerbongnya sepanjang kaki langit, ke stasiun tiada, Kekasih... #TaliJiwo
29.
Cita-citaku lebih tinggi dari para
wali, Kekasih. Aku ingin sempat menyaksikan uban pertama di rambutmu kelak.
#TaliJiwo
30.
Cinta tak tersimpulkan. Tapi dapat
kurangkum dalam dekapanku padamu, Kekasih... #TaliJiwo
31.
Twitter disebut dunia maya mungkin karena kita lupa
bahwa senyata apapun ciuman kita sejatinya jugalah maya, Kekasih,
fatamorgana... #TaliJiwo
32.
Embun menyubuh, meneteskan salam,
Kekasih... #TaliJiwo
33.
Bibir kita telah pisahan, Kekasih,
namun nasibmu-nasibku masih ciuman. #TaliJiwo
34.
Kening pualammu masih sedingin
nisan, Kekasih, cintaku masih tak sanggup menghidupkan kembali tangismu.
#TaliJiwo
35.
Terima kasih sudah nganter aku ke
Bandara semalam. Kini tubuhku sudah landing, kekasih tapi tidak jiwaku.
#TaliJiwo
36.
Senja kukenang pada keningmu,
Kekasih, saat kau rebah di tikar pandan, anatara tangis dan cakrawala.
#TaliJiwo
37.
Aku gelombang cinta sebelum kota
merambah desa, Kekasih, sebelum kata merangkap dosa. #TaliJiwo
38.
Kekasih, aku menamaimu pohon sukma,
di taman sukma, langit sukma, angin dan gerimis sukmaku padamu. #TaliJiwo
39.
Ku sanggup seperti Rahwana,
Kekasih. Yang setia mencintai Sinta tanpa pernah bisa memilikinya, tapi tidak
air mataku. #TaliJiwo
40.
Ah, Kekasih, kala kuucapkan cinta,
lidah ini ternyata menjulur menjadi kesunyianku sepanjang kala. #TaliJiwo
41.
Hujan tak hujanpun kita tetap
terpisah malam, Kekasih, setiaku dan setiamu adalah nilai swargaloka nanti. #TaliJiwo
42.
Rupanya sedang kurindu mata
menusukmu, Kekasih, kukira sejak dulu cuma kucari-cari jarum di tumpukan
jerami. #TaliJiwo
43.
Yang abadi dari suara hujan adalah
isak tangismu, Kekasih... #TaliJiwo
44.
Hmm... Gerimis dimana-mana sama,
Kekasih, airnya bertubi-tubi seperti kenanganku akan tangismu. #TaliJiwo
45.
Tak sesayahdu gundukan salju,
Kekasih, tapi tumbukan air matamu bergunduk-gunduk
tak kalah merdu padamu. #TaliJiwo
46.
Kau tak pernah ribut seperti angin
tak pernah sepi seperti angin tak gelas embun teguk pagiku, Kekasih... #TaliJiwo
47.
Met malam Kekasih, tunda tidurmu
sampai lewat tukang putu dengan suara mirip rinduku. #TaliJiwo
48.
Engkau kopi puncak malamku,
Kekasih, pahit dan kelam anpa kuseduh. #TaliJiwo
49.
Hujan paling Tuhan adalah hujan
yang tak kuasa kubendung banjir puisiku padamu, Kekasih... #TaliJiwo
50.
Rinduku lelaron rindu tandang
cahaya, Kekasih, gugur sayap melata malam. #TaliJiwo
51.
Abadilah rambutmu tergerai bagai
gerimis di mataku, Kekasih... #TaliJiwo
52.
Bila laut menggumpal berkancah
karang kusibak kenangan belah dadamu, Kekasih... #TaliJiwo
53.
Kujengkali suaramu ternyata desir
pantai tepi waktu, Kekasih. Ku hampiri lambaianmu ternyata nyiur pulau tak
berpeta. #TaliJiwo
54.
Sedang dikucur jeruk nipispun
mataku tak menepis masih pendar tawamu, Kekasih. Tak kunjung perih kenangku
padamu... #TaliJiwo
55.
Telah kau sihir aku, Kekasih,
dengan kepak sayap kelelawar pada kedua alismu, dan keningmu yang merembulan,
mati aku... #TaliJiwo
56.
Orang Jepang hanya kenal ikebana
dan origami, Kekasih, aku ingin seni merangkai senja, untukmu... #TaliJiwo
57.
Kemana pulang si ampas kopi? Ke
pelimbahan. Kemana pulang si petualang? Ke cintanya yang tertabah walaupun
pahit. #TaliJiwo
58.
Lagipula kemana lagi pulangku malam
ini, Kekasih, kalau tak menjadi atap bagi tidurmu yang tersenyum. #TaliJiwo
59.
Ternyata cinta bukan jalin aksara,
Kekasih, dalam buta hurufpun masih kubaca jalinan kita. #TaliJiwo
60.
Pada akhirnya semua hinggap,
Kekasih. Burung hinggap di kenanga dan berkicau. Kamu hinggap di kenangan dan
menangis. #TaliJiwo
61.
Biarkan aku pilu di sembilu rindu
yang menggebu. Karena yakinlah, Kekasih, cintaku untukmu tak sedikitpun
kuberikan pada waktu. #TaliJiwo
62.
Kini aku harus menafsir kembali
kisah, Kekasih, karena cinta kita telah berbingkai dusta. #TaliJiwo
63.
Pagi dan malam hanya tunggal di
wajahmu, Kekasih, senyummu embun hidupku. #TaliJiwo
64.
Setega-teganya bandeng, durinya
lunyap bila kupresto. Tapi duri mawar yang kau tanam di hatiku, Kekasih?
Beuuhh... #TaliJiwo
65.
Tak Cuma mawar yang berduri,
Kekasih. Bandeng juga, hidup ternyata penuh duri. #TaliJiwo
66.
Tapi puncak romantisme, Kekasih,
itulah suara kibar rambut gondrong kaumku yang melawan angin nuju Jumatan. #TaliJiwo
67.
Lebih romantis lagi, Kekasih, suara
angin mengelebatkan sarung dar kaum lelaki yang bergegas pada Jumatan. #TaliJiwo
68.
Kekasih, romantis itu mendengar
gesekan sandal-sandal jepit pada aspal dari orang-orang yang bergegas nuju
jumatan. #TaliJiwo
69.
Penantianmu menggores rindu,
Kekasih. Rindu menjerat pilu, pilu dipinang sendu. Tak kan kumati berselimut
lagu... #TaliJiwo
70.
Penantianku menjaring arti,
Kekasih, cinta menjala nantikan nanti, cinta dijalin nantikan nanti, takkan kau
lolos kupunya kisi. #TaliJiwo
71.
Suaraku tak bersua rupa, wajah
rapuh kelana padamu, Kekasih... #TaliJiwo
72.
Kekasih, kamu adalah caraku
menghadirkan taman di belukar. #TaliJiwo
73.
Mencoba berjalan melintasi filosofi
kabut. Kekasih, aku terjebak di hutan rasa antara sebab dan akibat. #TaliJiwo
74.
Kangenku mengolah kangen, mengelola
ngilu menjadi senandung, Kekasih... #TaliJiwo
75.
Jika pada kokok ayam pertama esok
belum rampung kubangun cintaku padamu, Kekasih, berarti citaku memang tak laut
yang kenal tepi. #TaliJiwo
76.
Malam ini masih mendaki, Kekasih,
kepuncak perjumpaan nafas, ketika tangis dan tawa tiada ke dalam desah. #TaliJiwo
77.
Bagi yang kalah nasib janur
melengkung jadi melengking, Kekasih, jerit tertahan di tenda nikahmu. #TaliJiwo
78.
Sedekat kisah kepala lakon,
Kekasih, mungkin itulah setapak kita. #TaliJiwo
79.
Duh.. begitu bulat telanjangmu di
kepalaku, Kekasih, topiku pun sampai tak sanggup menghijabya. #TaliJiwo
80.
Rasamala sedang meliputiku,
Kekasih, rasa hujan, rasa hutan, rasa tanam, yang dulu pernah kau siram. #TaliJiwo
81.
Bila aku menunggumu dan ingin
berubah manunggal dirimu, akulah fajar yang menunggu senja, Kekasih... #TaliJiwo
82.
Menggali kubur tak segila menggali
dirimu, Kekasih, kian kukeduk batinmu kian kau dekap aku ditelan langit. #TaliJiwo
83.
Makan siang lauknya malam, kuahnya
pagi, sambalnya senja... Oh, Kekasih, itukah ada yang tiada? #TaliJiwo
84.
Siang tak menunggu malam. Siang
hanya berubah menjadi malam. Sedang aku menunggumu, Kekasih... #TaliJiwo
85.
Ah, masih juga kau tanya riwayat
hidupku, Kekasih, padahal sudah kau minum habis kopiku. #TaliJiwo
86.
Pada tiap antrean kopi, kamu selalu
memesan dengan namaku, aku memesan dengan namamu. Inikah yang disebut cinta,
Kekasih... #TaliJiwo
87.
Kekasih, bila setiap yang indah
adalah yang bening, Tuhan tak akan mencitakan kopi di antara kita. #TaliJiwo
88.
Caramu menyebut kopiku begitu
hening, Kekasih, hanya cinta yang sanggup mendengarnya. #TaliJiwo
89.
Kekasih, kutambahkan air mataku ke
kopimu, masih tak kamu rasa pahitnya? Duh... #TaliJiwo
90.
Kalaupun masih ada yang aku inginkan,
Kekasih, aku ingin menjumpai tangisku pada wajahmu. #TaliJiwo
91.
Jika gelap malam tidak dapat
menyembunyikan, dimana lagi harus kusimpan rinduku padamu, Kekasih...
92.
Andai ada laut yang lebih luas dari
kesepianku, akan kuajak kamu mengarunginya, Kekasih... #TaliJiwo
93.
Ia punya cinta, tapi tak kuasa
mencintai, sejak itu kupikul kelopak embun menjadi ketabahannya yang sangar. #TaliJiwo
94.
Aku menemukan rangkaian kata dari
Tuhan yang ku tata rapih untuk kujadikan puisi teruntukmu, Kekasih... #TaliJiwo
95.
Bendera paling membangkitkan adalah
kibar rambutmu di atas bukit, yang bersedekap menantiku sepanjang musim,
Kekasih... #TaliJiwo
96.
Duh, melupakanmu ternyata lebih
lelah daripada mengingatmu, Kekasih... #TaliJiwo
97.
Aku bukan pendo’a, Kekasih, aku
pekerja malam yang menggali lubuk dihatimu. #TaliJiwo
98.
Waktu lekas sekali, Kekasih.
Kulihat tadi kamu nangis di pemakamanku. Sekarang ketawa kita sudah barengan di
alam kubur. #TaliJiwo
99.
Sebaik-baik wajah adalah senyum
yang gampang dikenang, Kekasih... #TaliJiwo
100.
Telah kau dengar denting kecapi di
sawah-sawah, masih kau tanya seluas apakah rinduku padamu, Kekasih... #TaliJiwo
101.
Samudera kasih sayang ini, ketika
rinduku pasang betapa kuatnya kau hempaskan ke karang, Kekasih... #TaliJiwo
102.
Ciuman hanya menghentikan duka,
Kekasih, tak menghentikan waktu yang terus bergerak menggali luka. #TaliJiwo
103.
Kekasih, adakah yang lebih
mengharukan dari senyum perempuan yang tersenyum hanya agar ia tidak menangis? #TaliJiwo
104.
Mendengar Malam Kudus, mendengar
Asmaul Husna aku sama menangisnya dengan mendengar tangismu, Keksih... #TaliJiwo
105.
Akal adalah perasaan yang
menyeluruh. Sebagian akal menumbuhkan ilmu pengetahuan, seluruh akal melahirkan
cinta. #TaliJiwo
106.
Dan jarak antara jomblo dan galau,
sesungguhnya cuma sejarak horison dan cakrawala. #TaliJiwo
107.
Aku mungkin penguin tertatih-tatih
ke gaun serba putihmu, Kekasih, gundukan salju antartikaku. #TaliJiwo
108.
Pantai melanjutkan ombak ke
gunung-gunung, Kekasih, seperti puisi melanjutkan geloraku padamu. #TaliJiwo
109.
Hanya pada air matamu gelombang
laut kurasa rataa, Kekasih... #TaliJiwo
110.
Cinta mengembalikan malam ke peteng
hari, Kekasih, itulah mengapa kita masih melek sampai kini. #TaliJiwo
111.
Malam yang lingsir, langit tak
bersuara, Kekasih, kudengar hanya namamu dari kedip gemintang. Hmmm... #TaliJiwo
112.
Sepi sebetulnya Cuma jutaan kata
yang tak terucap dariku ke pintumu, Kekasih... #TaliJiwo
113.
Ah, Kekasih.. Kekasih.. Kekasihku,
ada persamaan siang dan malam. Di keduanya terkandung kamu. #TaliJiwo
114.
Mungkin gagal adalah caraku menamai
sesuatu yang persis kehendakNya, tapi tak sesuai keinginanku, Kekasih... #TaliJiwo
115.
Senja itu tampak samar engkau
sendiri di atas sampan, Kekasih, airnya mengalir ke dalam waktuku. #TaliJiwo
116.
Dan telingaku adalah seribu jendela
yang tertutup rapat dengan salah satunya sedikit terbuka untuk mengintai
kejujuranmu, Kekasih... #TaliJiwo
117.
Selalu masih tergambar di langit kamarku,
Kekasih, kata-katamu bahwa dalam tawaku terkandung air mata yang paling bening.
#TaliJiwo
118.
Benci dan dendam bisa dikubur,
Kekasih, selesai... Tapi cinta tetap gentayangan. #TaliJiwo
119.
Pada mulanya adlah kata, tapi pada
akhirnya adalah sampah, Kekasih... #TaliJiwo
120.
Menikah soal keberuntungan, tapi
mencintai soal martabat. #TaliJiwo
121.
Lampu-lampu merkuri, bayangan
daun-daun ketapang rebah ke aspal, Kekasih, itu jalanku ke pintumu. #TaliJiwo
122.
Kekasih, mari kupinjam tanganmu,
biar kuraih air mata kita yang mengembun di bintang-bintang. #TaliJiwo
123.
Aku cahaya yang bergidik dari neon
gunung, Kekasih, bila rindumu rintik kepada kabut. #TaliJiwo
124.
Sang cinta sungguh pesulap,
Kekasih, kita digelorakan menjadi laut tak berpantai. #TaliJiwo
125.
Mengusap nasib di tepi senja,
sampanku panjang membius hulu, mendayungmu, Kekasih, menjantungmu... #TaliJiwo
126.
Kekasih, akulah mata air dari air
matamu kelak bila kau rindu muasal sunyi. #TaliJiwo
127.
Mengenalmu adalah kebangkitan dalam
hidupu, Kekasih, alaupun mengenangmu selalu membuatku bersedih. #TaliJiwo
128.
Kekasih, telanjanglah mari di kitab
suciku: Alam Semesta... #TaliJiwo
129.
Gugur bulan gugur ke samudera,
gugur cinta ke lautan rindu... #TaliJiwo
130.
Masih ingat, Kekasih? Waktu itu
senja lagi musim-musimnya, kita bangau duaan di sawah tadah tangis. #TaliJiwo
131.
Gelaran tikar tanpa hamparan,
gantungan leher tanpa temali. Itukah cintamu, Kekasih? #TaliJiwo
132.
Gerimis dimana-mana sama, Kekasih,
airnya bertubi-tubi seperti kenanganku pada tangismu. #TaliJiwo
133.
Pohon-pohon telah pulang ke
perbukitan, Kekasih, menjadi siluet berlatar bulan... menunggu senandungmu. #TaliJiwo
134.
Dapatkah kau tunda marahmu
sepanjang lenguh tukang putu, Kekasih... #TaliJiwo
135.
Pada puncak kangenku, Kekasih, air
mataku mengembun di bintang-bintang. #TaliJiwo
136.
Banyak orang yang menikah, seabreg
orang pacaran, tapi segelintir yang sempat mengalami cinta, Kekasih... #TaliJiwo
137.
Kau hanya bisa menghapus air
mataku, Kekasih, tapi tidak dengan tangisku. #TaliJiwo
138.
Tuhan itu maha asyik, Kekasih.
Terkadang demi menyelamatkanmu daridari orang yang salah, Ia mematahkan hatimu.
#TaliJiwo
139.
Bila malam harus bertiraidariku ke
rembulan,aku hanya ingin rambutmu, Kekasih... #TaliJiwo
140.
Bukan malam yang aku takutkan,
Kekasih. Namun senyummu yang perlahan hilang ditelan gelapnya. #TaliJiwo
141.
Teguk tawaku, Kekasih, karena dari
tawaku berlimpah tangis. #TaliJiwo
142.
Kekasih, meski kau hapus tulisan
“cinta” di buku kita, dapatkah kau hapus bersih air mataku? #TaliJiwo
143.
Aku memang sudah tak mengenalimu
lagi, Kekasih, tapi jantungku mengenali wangimu. #TaliJiwo
144.
Kini aku harus menafsir kembali
kisah, Kekasih, sebab ijab dan kabul telah menjadi azab yang makbul. #TaliJiwo
145.
Malam rubuh di keningku, Kekasih,
rebah seluruh aku-ku padamu. #TaliJiwo
146.
Cinta ternyata pejara dengan jeruji
kasih sayang, maka kau kerap menangis tanpa merasa di bui, Kekasih... #TaliJiwo
147.
Cinta tak perlu pengorbanan, pada
saat kau merasa berkorban pada saat itu cintamu mulai pudar. #TaliJiwo
148.
Yang beragam tak Cuma payudara,
Kekasih, akupun bermacam aku, ada aku di dalam aku yang belum lenal siapa aku. #TaliJiwo
149.
Engkau pun tahu, Kekasih, tak lebih
tabah dari Shinta yang ditawan 12 tahun di Arga Soka, tapi selama itu pula aku
menunggumu. #TaliJiwo
150.
Dariku ke ranjangmu, Kekasih,
membujur suatu nasib, yang menggaris dan menggores. #TaliJiwo
151.
Menjemputlah, jangan menanti atau
mengejar, karena takdir akan lebih indah daripada nasib. #TaliJiwo
152.
Bukan senjaMu yang kubingkai di
sukmaku, Kekasih, tapi wujudmu di balik temaram senja. #TaliJiwo
153.
Sebegini gilanya aku mencintaimu,
Kekasih, sebab warasku tak mampu menjangkaumu. #TaliJiwo
154.
Aku menyukai segala jenis hujan,
karena bersamaan dengan rintik hujan dan udara yang dingin, tertuang berbagai
macam kenangan. #TaliJiwo
155.
Aku bukannya berhenti bertanya,
Kekasih, aku hanya bingung pertanyaan mana lagi yang harus kulemparbila
jawabannya selalu kamu. #TaliJiwo
156.
Senja ini kubingkis tanpa
kubungkus, Kekasih, sebab langit lebih tulus dari kertas kado manapun. #TaliJiwo
157.
Melalui parasmu ku eja kata cinta
lewat hujan malam ini. Dan di dingin ini, aku menantimu seperti berharap hujan
kan reda. #TaliJiwo
158.
Di kegelapan ini,
Kekasih,menangislah di sela do’aku. #TaliJiwo
159.
Jangan sengaja pergi biar dicari,
jangan sengaja lari biar dikejar. Berjuang tak sebecanda itu, Kekasih... #TaliJiwo
160.
Tak ada yang mampu membuatku panik
kkecuali ketika kau cemberut, Kekasih... #TaliJiwo
161.
Gubahlah lagu, Kekasih, untukku,
yang nadanya mendahului kangen, yang kangennya mendahului cinta. #TaliJiwo
Dan sebenernya masih banyak lagi,
tapi maaf belum bisa nulis semua, karena masih ada bayangan dibelakang yang
menghantui untuk diperhatikan, halllaaaahh.... Yaudah sampai sini dulu ya...
Nanti kalau ada waktu aku share lagi #TaliJiwo nya mbah Jiwo yang njancuki...
Salam Jancukers....!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar